Setiap orang tua tentu ingin anaknya bahagia di masa depannya. Kebahagiaan itu bisa didapat melalui pendidikan. Ketika berbicara soal pendidikan anak, orang tua pasti memiliki pandangan sendiri-sendiri. Tentunya, pandangan orang tua untuk pendidikan anak adalah dengan memilih jalan terbaik untuk hidupnya.
Salah satu cara agar anak mendapat pendidikan yang layak adalah melalui sekolah. Dukungan pemerintah dengan mensubsidi biaya sekolahpun sangat membantu orang tua untuk menyekolahkan anaknya di sekolah formal. Biaya sekolah yang tidak terlalu mahal diharapkan mampu meningkatkan sumber daya manusia yang berpendidikan di masa depan.
Pendidikan yang layak ternyata tak didapatkan melalui sekolah formal saja. Saat ini, homeschooling juga sedang naik daun. Banyak yang menganggap bahwa homeschooling tidak kalah efektif dengan sekolah formal. Bahkan, homeschooling bisa membuat orang tua anak lebih bisa memantau perkembangan pendidikan anak dari rumah.
Perbedaan homeschooling dan sekolah formal tentu membuat orang tua berpikir kembali, apa yang lebih baik untuk anaknya. Pertimbangan demi pertimbangan dilakukan agar orang tua agar tidak menyesal di kemudian hari tentang pendidikan anaknya.
Homeschooling dan sekolah formal memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Untuk membantu orang tua dalam mempertimbangkan sekolah mana yang terbaik untuk anaknya, berikut kelebihan dan kekurangan antara homeschooling dan sekolah formal:

1. Pengawasan dan Kontrol

Dari segi pengawasan dan kontrol terhadap anak, homeschooling lebih diunggulkan. Home schooling, sesuai dengan namanya merupakan penerapan pendidikan di rumah. Orang tua yang berada di rumah akan bisa memantau apa saja yang didapat dari anaknya. Anak juga bisa lebih hemat dalam membelanjakan uang jajan nya. Selain itu, orang tua bisa membantu anaknya mengulas kembali apa yang sedang diajarkan.
Beberapa anak, sulit menceritakan apa yang sudah dilakukan di sekolah. Padahal, bercerita tentang keseharian anak adalah suatu kebutuhan yang tidak boleh dilewatkan. Dengan home schooling, tanpa diceritakan oleh anakpun, orang tua sudah mengetahui apa yang terjadi saat pendidikannya berlangsung. Dengan begitu, orang tua dapat mengantisipasi jika ada hal yang harus diluruskan.

2. Kualitas Pendidikan

Baik home schooling maupun sekolah formal, menurut saya memiliki kualitas pendidikan yang sama. Tentunya homeschooling dan sekolah formal memiliki standard kurikulum yang sama. Dengan begitu, semua tergantung pada guru yang mengajar, apakah memiliki kompetensi yang baik dalam mengajar atau tidak.

3. Karakter dan Akhlak

Saat menyekolahkan anak, tidak hanya pendidikan saja yang diutamakan, namun juga karakter & akhlak dari anak tersebut. Tidak sedikit anak yang membangkang pada orang tuanya, padahal sudah disekolahkan sebaik-baiknya.
Setiap orang tua pastinya ingin seorang anak menjadi anak yang berkarakter dan berakhlak baik. Pemerintahpun juga sudah sering menyerukan pendidikan berkarakter untuk siswa didik di sekolah.
Dalam pendidikan berkarakter di sekolah formal, orang tua harus sepenuhnya percaya pada pihak sekolah untuk membentuk karakter anaknya. Di sekolah formal, terdapat banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi karakter anak. Contohnya seperti bullying dari teman sekelas, budaya kelompok (genk) di sekolah, didikan dari guru, dan lain sebagainya.
Sementara itu, untuk home schooling, orang tua dapat lebih mengontrol tentang kepribadian dan akhlak anak. Baik buruknya perilaku anak dapat dibenahi secara langsung di rumah. Dengan begitu, karakter anak lebih mudah dibentuk sesuai dengan apa yang orang tua inginkan.

4. Nasionalisme

Bangsa ini merdeka karena adanya rasa nasionalisme dalam diri para pahlawan. Rasa nasionalisme inilah yang harus tetap ada dalam diri setiap warga negara. Dalam menanamkan rasa nasionalisme dalam diri anak didik, sekolah melakukan upacara setiap hari senin dan di hari-hari penting yang berkaitan dengan kemerdekaan. Nilai-nilai nasionalisme itu sendiri selalu ditekankan di sekolah formal dengan adanya acara-acara kemerdekaan.
Untuk home schooling, untuk menanamkan rasa nasionalisme dalam diri anak, orang tua juga harus menanamkan nilai-nilai nasionalisme di rumah. Nilai-nilai nasionalisme ini diperlukan untuk menumbuhkan rasa cinta anak terhadap negara Indonesia.

5. Kehidupan Sosial

Kehidupan sosial adalah suatu hal yang tidak bisa lepas dari semua orang. Anak-anak tentunya harus belajar bagaimana hidup sebagai manusia sosial. Bermain, memahami orang lain, meminta maaf, dan berterimakasih, adalah beberapa contoh kehidupan sosial yang harus dijalani anak.
Pada home schooling, orang tua harus punya rencana ekstra dalam hal melatih kehidupan sosial anak. Hal ini dilakukan agar anak tidak menjadi sombong atau arogan di kehidupannya nanti.
Berbeda dengan home schooling, anak dengan pendidikan sekolah formal sudah menghadapi kehidupan sosial sehari-harinya. Menghadapi anak yang nakal, anak pintar, dan berorganisasi adalah keseharian yang didapatkan anak di sekolah formal.


Read More